Pada masa sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, masyarakat simbune belum membentuk perkampungan. Masyarakat masih hidup di beberapa lembah, yakni Lembah Tamosi, Polo-Pololi, Tongambadaaha, Matembinaka, Apangi, dan Puosu. Setelah Belanda datang ke Nusantara, mereka membuat jalan dari Kendari ke Kolaka. Setelah Indonesia merdeka tahun 1945, masyarakat yang ada di Lembah Tamosi, Polo-Pololi, Tongambadaaha, Matembinaka, Apangi, dan Puosu dipindahkan oleh pemerintah sementara pada saat itu ke dekat jalan poros.
Pada saat itu Kampung Simbune belum memiliki nama. Nama Simbune berasal dari gabungan kata Sombure dan Sombuni. Kata Sombure dan Sombuni lahir dari peristiwa ketika seorang pengembara yang hendak ke Kolaka bertanya kepada seseorang yang sedang menyapu menggunakan tangkai kelapa (SOMBURE NII) spontan orang yang menyapu tadi menjawab ini Kampung Sombure. Selang beberapa saat pengembara tadi melakukan perjalanan dan bertemu seorang yang sedang mengamankan pohon langsatnya (Sombuni Pinisi), pengembara tadi bertanya lagi kalau kampung apa yang sedang dilewatinya, spontan orang tadi menjawab ini kampung Sombuni. Kemudian dalam kebingungan pengembara tadi menyebut kalau kampung yang dilewatinya adalah Kampung Simbune.